Sahabat Masdadi, Saat ini makin banyak orangtua yang menganggap penting
perayaan ulang tahun anak. Entah karena permintaan sang buah hati, atau memang
keinginan orangtua sendiri.
Jutaan Rupiah minimal rela dikeluarkan untuk perayaan
tersebut. Sebenarnya bagaimana Islam memandang hal ini?
Tentu saja kita perlu mengetahui terlebih dahulu makna
sejarah di balik perayaan ulang tahun, baik itu kue, lilin, maupun kado ulang
tahun. Bagaimana pun kita akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang kita
lakukan.
"Sesungguhnya Pendengaran, Penglihatan, dan Hati, semua
itu akan diminta pertanggungjawaban.” (QS. Al-Isra : 36).
Kegiatan merayakan ulang tahun atau Milad dalam bahasa Arab
pertama kali dimulai di Eropa. Perayaan ulang tahun ini dilangsungkan karena
adanya ketakutan mengenai roh jahat yang akan datang pada saat seseorang
berulang tahun.
Untuk menjaganya dari hal-hal yang jahat, teman-teman dan
keluarga diundang datang saat seseorang berulang tahun untuk memberikan do’a
serta pengharapan yang baik bagi yang berulang tahun.
Memberikan kado juga dipercaya dapat memberikan rasa gembira
bagi orang yang berulang tahun sehingga dapat mengusir roh-roh jahat tersebut.
Merayakan ulang tahun merupakan sejarah lama. Orang-orang
jaman dahulu tidak mengetahui dengan pasti hari kelahiran mereka, karena waktu
itu mereka menggunakan tanda waktu dari pergantian bulan dan musim.
Sejalan dengan peradaban manusia, diciptakanlah kalender.
Kalender memudahkan manusia untuk mengingat dan merayakan hal-hal penting
setiap tahunnya, dan ulang tahun merupakan salah satunya.
Mengapa perayaan ulang tahun harus menggunakan kue? Salah
satu cerita mengatakan, karena waktu dulu bangsa Yunani menggunakan kue untuk
persembahan ke kuil dewi bulan, Artemis. Mereka menggunakan kue berbentuk bulat
yang merepresentasikan bulan purnama.
Simbol lain yang selalu menyertai kue ulang tahun adalah
penggunaan lilin di atasnya. Orang Yunani yang mempersembahkan kue mereka ke
dewi Artemis juga meletakkan lilin-lilin di atasnya karena membuat kue tersebut
terlihat terang menyala sepeti bulan (gibbons, 1986).
Orang Jerman terkenal sebagai orang yang ahli membuat lilin
dan juga mulai membuat lilin-lilin kecil untuk kue mereka. Beberapa orang
mengatakan bahwa lilin diletakan dengan alasan keagamaan/religi.
Beberapa orang Jerman meletakan lilin besar di tengah-tengah
kue mereka untuk menandakan “Terangnya Kehidupan” (Corwin,1986). Yang lainnya
percaya bahwa asap dari lilin tersebut akan membawa pengharapan mereka ke
surga.
Sahabat Masdadi, mengetahui sejarah perayaan ulang tahun dan
makna simbolik di balik atribut perayaan ulang tahun, tentu saja kita sebagai
muslim perlu waspada agar tidak terjebak pada ritual keagamaan atau kepercayaan
yang terdapat dalam perayaan ulang tahun tersebut.
Memang para ulama ada perbedaan pendapat mengenai boleh
tidaknya merayakan ulang tahun.
Pendapat pertama mengharamkan perayaan ulang tahun sekaligus
ucapan selamat, kado, atau apapun yang berkaitan dengannya.
Alasannya, perayaan ulang tahun tidak diajarkan oleh
Rasulullah, bahkan Rasul menyatakan bahwa untuk kaum muslimin hanya ada 2
perayaan yakni Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Lagipula merayakan ulang tahun dianggap mengikuti kebiasaan
orang Kafir, sehingga jelas perayaan ulang tahun haram hukumnya.
Sedangkan ulama-ulama yang cenderung membolehkan perayaan
ulang tahun berargumen bahwa hal itu bukanlah sesuatu yang bersifat ibadah
ritual. Dalam hal-hal yang bersifat bukan ibadah ritual, pada prinsipnya segala
sesuatu adalah boleh selama tidak ada dalil yang melarangnya.
Lalu, kaitannya dengan meniru-niru (tasyabbuh) orang kafir
bagaimana? Menurut kelompok ini, meniru-niru orang kafir dilarang jika yang
ditiru itu adalah bagian dari ibadah ritual mereka. Kalau bukan, tentu tidak
ada masalah.
Maka semuanya berbalik pada kita selaku orangtua. Yang
terpenting adalah jangan sampai anak mengira perayaan ulang tahun adalah suatu
kewajiban dan tanda sayang orangtua.
Orangtua perlu memberitahukan pada anak makna di balik
perayaan ulang tahun dan atribut simboliknya agar anak paham bahwa merayakan
ulang tahun bukanlah hal penting apalagi disarankan dalam Islam.
wallahu a'lam bish-shawab
Sumber : ummi-online
0 Response to "Bolehkan Ulang Tahun Di Rayakan Dalam Islam ?"
Posting Komentar